Asal Muasal Gereja Memakai Dupa

JURNAL KATOLIK - Dalam mengadakan perjamuan misa, Gereja Katolik seringkali menggunakan dupa, terutama pada hari raya.

Jika diurut ke belakang, ternyata ada sejarahnya mengapa Gereja Katolik memakai dupa.

Di dalam Alkitab Perjanjian Lama, ada dua jenis kurban persembahan yaitu Kurban bakaran dan kurban sajian.

Dalam kitab Imamat dijelaskan bahwa kurban bakaran adalah kurban penyembelihan hewan sesuai ketentuan dari Allah untuk kemudian dibakar.

Dijelaskan pula bahwa kurban sajian adalah kurban dalam bentuk roti tak beragi yang dipersembahkan bersama dengan asap dupa/kemenyan.

Doa Syahadat Para Rasul

Namun sejak runtuhnya Yerusalem, kurban bakaran tidak lagi dipersembahkan. Sehingga umat Israel hanya mempersembahkan kurban sajian.

Tradisi ini kemudian dilanjutkan oleh Gereja Katolik dalam penyelenggaraan Sakramen Ekaristi.

Penggunaan dupa juga terungkap dalam perjanjian baru.

Dalam  kitab Wahyu 8:3 ada pula tertulis "Maka datanglah serorang malaikat lain dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah perdupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas dihadapan takhta itu.

Pada saat misa, dupa sering dipakai dalam perayaan misa hari raya yaitu pada saat perarakan masuk, Pastor akan mendupakan altar sebagai lambang altar kurban Tuhan. Ketika itu, wewangian dupa dilambangkan membawa umat sampai pada hadirat Tuhan.

Inspirasi Orang Kudus: Santa Elizabeth dari Portugal

Dupa juga digunakan untuk pemberkatan Alkitab pada saat sebelum Bacaan Injil. Hal ini melambangkan misteri kehadiran Allah dalam sabda yang akan dibacakan oleh Pastor.

Dupa juga dipergunakan pada saat persiapan persembahan. Hal ini dimaknai bahwa ketika Altar dan umat didupai, maka bersama kurban ekaristi umat memabawa dirinya sebagai kurban yang hidup bagi Allah seperti juga Allah hadir dalam diri kita.

Pada rangkaian Doa syukur Agung, kembali dupa dipergunakan untuk menandakan kehadiran Tuhan khususnya pada sat Roti dan Anggur berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus yang merupakan kurban syukur bagi Allah.

Editor

Editor Jurnal Katolik