23 Mei: Hari Santo Yohanes Baptista di Rossi, Siapa Itu dan Bagaimana Kisah Hidupnya?

JURNAL KATOLIK - Hari raya Santo Yohanes Baptista di Rossi jatuh pada tanggal 23 Mei dalam kalender Gereja Katolik.

Santo Yohanes Baptista di Rossi adalah salah satu orang suci dari Gereja Katolik, yang dikanonisasi pada 8 Desember 1881, oleh Paus Leo XIII.

Ada kisah unik dalam kehidupan Santo Yohanes Baptista di Rossi. Ia rupanya bukanlah tokoh rohaniwan yang memiliki gelar tinggi dalam gereja, ataupun berdedikasi penuh pada hidup membiara.

Doa Mohon Tujuh Karunia Roh kudus

Santo Yohanes Baptista di Rossi hanyalah seorang Imam Praja, yang kesehariannya hanya melayani umatnya di gereja.

Tetapi karena pelayanan yang penuh kasih, Santo Yohanes Baptista di Rossi dianggap pantas mendapat gelar orang suci oleh gereja.

Santo Yohanes Baptista di Rossi memiliki nama lain Giovanni Battista di Rossi. Ia lahir di Voltaggio, Italia, pada 22 Februari 1698.

Ia adalah anak keempat dari pasangan Charles di Rossi dan Frances Anfossi, yang terkenal sebagai pasangan suci yang penuh iman.

Adakan Pembekalan Tingkat Paroki, Komisi KPKC Kevikepan Yogyakarta Timur Siap Menjadi Motor Gerakan Pemilu Damai dan Paroki Hijau

Yohanes tidaklah lahir dari keluarga yang kaya secara financial, tetapi melalui bimbingan orang tua yang penuh kasih, Yohanes dapat tumbuh menjadi lelaki yang unggul dalam iman dan kesalehan.

Sejak kecil Yohanes sudah dididik dengan pendidikan spiritual yang cukup dalam. Sepasang imam bernama Scipio Gaetano dan Giuseppe Repetto, memiliki peran penting dalam hal ini.

Saat usia 10 tahun, sepasang bangsawan kaya dari Genova tertarik pada potensi dan karunia dalam diri Yohanes.

Pasangan itu kemudian bersedia untuk menyekolahkan Yohanes ke Genoa, Italia, tentunya setelah menerima persetujuan ayahnya.

Tetapi pada tahun 1710, ayahnya meninggal dunia. Ibunya memohon agar ia kembali ke rumah. Meski begitu, Yohanes yakin bahwa Tuhan menginginkan ia menyelesaikan pendidikannya di Genoa.

Ia melanjutkan pendidikan sampai tahun 1711, hingga akhirnya mendapatkan panggilan dari sepupunya, Lorenzo de Rossi, untuk ke Roma.

Lorenzo menyarankan Yohanes untuk melanjutkan pendidikannya di Collegium Romanum, di bawah bimbingan para Yesuit.

Meskipun memiliki keinginan kuat untuk menjadi seorang Imam, rupanya perjuangannya tidaklah mudah. Yohanes mengidap epilepsi, yang akan menyulitkannya dalam pelayanan.

Bacaan Kitab Suci dan Renungan Harian Selasa 23 Mei 2023

Epilepsi umumnya akan mengecualikan seseorang dari imamat. Tetapi berkat doa dan usahanya yang pantang menyerah, Yohanes mendapatkan dispensasi khusus.

Ia akhrinya ditahbiskan menjadi Imam pada 8 Maret 1721, setelah terlebih dahulu ditahbiskan menjadi diaken.

Yohanes sangat bersyukur pada pencapaian itu, hingga akhirnya ia bersumpah untuk tidak menerima manfaat gerejawi apapun, kecuali diperintahkan.

Selama menjadi imam, Yohanes banyak melayanai orang-orang kecil dan terpinggirkan. Yang paling terkenal dari kisahnya adalah keteguhannya untuk memberikan sakramen pertobatan.

Pesan Paus Fransiskus Dalam Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-57

Meskipun harus selalu jatuh bangun karena penyakitnya, Yohanes tak pernah sedikitpun memiliki keinginan untuk meninggalkan umatnya.

Setelah 25 tahun mengabdi bagi gereja, Tuhan akhirnya menginginkannya kembali. Yohanes meninggal dunia pada 23 Mei 1764.

Tubuhnya dimakamkan di bawah altar Gereja Santissima Trinita dei Pellegrini, Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan tahun 1965, ke sebuah gereja baru yang dinamai untuk menghormatinya.***

Editor

Editor Jurnal Katolik